Mengapa Ada Kematian? Mitos Chang’e dan Tradisi Tiongciu

Cockatoocourse.com – Pernahkah kamu berpikir, kenapa manusia bisa mati? Pertanyaan ini sudah ada sejak zaman kuno dan sering dijawab lewat mitos dan dongeng. Di budaya Tionghoa, ada satu mitos kuno yang sangat terkenal dan berkaitan erat dengan pertanyaan ini. Namanya adalah kisah Chang’e Melayang ke Bulan.

Namun, mitos ini bukan sekadar cerita biasa. Lebih dari itu, ia punya hubungan erat dengan tradisi kumpul keluarga saat Malam Tiongciu (Mid-Autumn Festival).

Yuk, kita gali bersama! Kita akan melihat bagaimana cerita ini menjelaskan asal usul kematian dan mengapa kebersamaan keluarga begitu penting dalam budaya Tionghoa.

Mitos Chang’e: Asal Usul Kematian Manusia

Mitos Chang’e dikenal luas di kalangan rakyat Tiongkok. Cerita ini dimulai dari Yi, seorang pemanah hebat. Suatu hari, langit memiliki sepuluh matahari karena permaisuri Di Jun melahirkan semuanya. Awalnya, mereka muncul bergantian. Namun kemudian, kesepuluh matahari muncul bersamaan dan membuat bumi terbakar. Sawah mengering, sungai menguap, dan makhluk hidup hampir punah.

Karena itu, Di Jun memerintahkan Yi untuk menghukum sembilan matahari. Yi pun memanah sembilan dari mereka hingga mati. Dunia kembali sejuk dan manusia selamat.

Namun, meskipun Yi menyelamatkan bumi, Di Jun tetap marah karena anak-anaknya terbunuh. Akibatnya, Yi dan istrinya Chang’e tidak boleh kembali ke langit. Mereka harus hidup dan mati layaknya manusia biasa.

Kemudian, Yi mendapat dua bungkus obat keabadian dari Xi Wang Mu, dewi di Gunung Kun Lun. Jika diminum satu bungkus, manusia bisa hidup abadi. Jika dua bungkus, manusia bisa naik ke khayangan. Yi lalu menitipkan obat itu kepada Chang’e.

Namun, Chang’e menyimpan rasa curiga pada Yi. Ia menduga suaminya berselingkuh. Karena amarahnya, Chang’e meminum kedua bungkus obat itu sekaligus. Tanpa disadari, tubuhnya menjadi ringan dan ia mulai melayang. Akhirnya, ia sampai ke bulan dan dalam versi kuno berubah menjadi seekor katak puru. Namun, versi lain menyebut ia tetap menjadi dewi, hanya saja merasa kesepian di istana bulan.

Secara simbolis, cerita ini menyampaikan bahwa manusia sudah kehilangan kemampuan untuk hidup kembali. Setelah mati, manusia tidak bisa kembali lagi. Inilah bentuk kesadaran orang Tionghoa kuno terhadap kematian.

Ritual di Masa Lampau

Mitos Chang’e terhubung erat dengan perayaan Malam Tiongciu. Sejak zaman Kerajaan Shang (1600–1046 SM), para raja sudah memuja Dewi Bulan setiap akhir musim gugur. Tradisi ini kemudian meluas ke masyarakat biasa pada masa Dinasti Song, Ming, dan Qing.

Pada zaman Dinasti Qing (1644–1911), ritual dilakukan setelah makan malam keluarga. Sebuah altar diletakkan di halaman, di bawah sinar bulan. Di atasnya ada dupa, lilin merah, serta kue bulan dan buah-buahan bulat yang melambangkan bulan purnama.

Kepala keluarga wanita memulai ritual dengan membakar dupa, lalu bersujud tiga kali ke arah bulan. Setelah itu, anggota keluarga lainnya mengikuti secara bergantian.

Makna Filosofis dan Perubahan Tradisi

Ritual ini menyampaikan pesan penting: manusia akan mati, tapi bulan di langit tidak. Namun, dengan berkumpul bersama dan memuja Dewi Bulan, manusia mencoba meniru keabadian bulan. Kue bulan dibagi-bagikan, seolah menyimbolkan bahwa keluarga manusia bisa menjadi utuh kembali, seperti bulan purnama yang bulat sempurna.

Ucapan selamat khas Malam Tiongciu, “Ren Yue Shuang Yuan”, berarti keluarga manusia menjadi utuh dan sempurna, seperti bulan.

Seiring waktu, terutama setelah 1911, ritual religius mulai berkurang. Kini, tradisi lebih bersifat santai: kumpul keluarga, menikmati kue bulan, dan menatap bulan bersama.

Kesimpulan

Mitos Chang’e telah hidup selama ribuan tahun. Ia memberi gambaran tentang asal usul kematian dan pentingnya keluarga. Hidup dan mati memang bertentangan, namun orang Tionghoa menemukan makna dengan cara menjaga kebersamaan.

Cerita ini terus diceritakan setiap tahun agar generasi muda menghargai keluarga. Kesadaran akan kematian juga menjadi dasar ajaran Taoisme yang bertujuan mencari keabadian.

Belajar Budaya Lewat Bahasa di Cockatoo Course

Di Cockatoo Course, kami percaya bahwa belajar bahasa tak hanya soal tata bahasa atau kosakata. Lebih dari itu, kamu juga harus memahami budaya dan cerita di baliknya.

Kami menawarkan kursus bahasa Mandarin, Jepang, Korea, dan Inggris, dengan pilihan kelas online, onsite (Jabodetabek & Bandung), maupun home visit. Pengajar kami akan membantu kamu menguasai bahasa sekaligus memahami budaya setempat.

Yuk, mulai perjalanan belajarmu bersama Cockatoo Course!

(SA)

Referensi:

Wei, Z. (2008). Asal Muasal Kematian Manusia Dan Tradisi Kumpul Keluarga Dalam Budaya Cina. Humaniora, 20(3), 340–350

Mitos dan Kepercayaan Unik dalam Bahasa Mandarin (di Balik Angka 8 dan 4)

Cockatoocourse.com – Pernah nggak sih kamu dengar kalau orang China itu suka banget sama angka 8 dan justru menghindari angka 4? Bukan cuma sekadar suka atau nggak suka, lho. Ada mitos dan kepercayaan unik yang kuat banget di balik angka-angka ini dalam bahasa Mandarin dan budaya Tionghoa. Penasaran kenapa? Yuk, kita bedah satu per satu!

Angka 8: Simbol Keberuntungan dan Kekayaan

Coba perhatikan, banyak banget hal-hal penting atau tanggal-tanggal istimewa di China yang melibatkan angka 8. Misalnya, upacara pembukaan Olimpiade Beijing tahun 2008 itu dimulai tepat pada tanggal 8 Agustus 2008, pukul 8:08:08 malam. Kebetulan? Nggak juga!

Kenapa angka 8 begitu spesial? Ini semua karena pengucapannya dalam bahasa Mandarin. Angka “delapan” dalam bahasa Mandarin adalah “bā” (八). Nah, bunyi “bā” ini sangat mirip dengan kata “fā” (发) yang artinya “kemakmuran” atau “kekayaan”. Jadi, secara nggak langsung, angka 8 jadi identik dengan keberuntungan, kesuksesan, dan rezeki yang melimpah.

Makanya, jangan kaget kalau harga plat nomor kendaraan dengan angka 8 itu bisa selangit di China. Atau, orang-orang rela bayar mahal untuk alamat rumah, nomor telepon, bahkan tanggal pernikahan yang ada angka 8-nya. Ini semua demi menarik energi positif dan keberuntungan dalam hidup mereka. Angka 8 dianggap membawa hoki dan kelancaran usaha.

Angka 4: Lambang Kemalangan dan Kematian

Berbanding terbalik dengan angka 8, angka 4 itu jadi momok buat sebagian besar orang Tionghoa. Kenapa begitu? Sama seperti angka 8, alasannya ada di pelafalannya.

Angka “empat” dalam bahasa Mandarin adalah “sì” (四). Nah, bunyi “sì” ini kedengarannya mirip banget sama kata “sǐ” (死) yang artinya “kematian”. Otomatis, angka 4 langsung diasosiasikan dengan nasib buruk, kemalangan, atau bahkan kematian.

Maka dari itu, kamu bakal jarang banget menemukan lantai 4 di gedung-gedung bertingkat di China (seringnya langsung loncat dari lantai 3 ke lantai 5). Begitu juga dengan nomor kamar hotel atau nomor apartemen. Orang-orang akan sebisa mungkin menghindari angka 4. Ini adalah bentuk keyakinan yang kuat untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dianggap sial. Konsep ini mirip dengan triskaidekaphobia (ketakutan pada angka 13) di budaya Barat, tapi lebih meluas di kehidupan sehari-hari.

Memahami Bahasa, Memahami Budaya

Fenomena angka 8 dan 4 ini cuma satu dari sekian banyak contoh bagaimana bahasa Mandarin itu punya ikatan erat dengan budaya dan kepercayaan masyarakatnya. Mempelajari bahasa Mandarin bukan cuma soal menghafal Hanzi atau menguasai Pinyin, tapi juga memahami nuansa budaya seperti ini. Kalau kamu paham kenapa mereka sangat percaya pada angka-angka ini, kamu akan bisa berinteraksi lebih baik dan menghargai keunikan budaya Tionghoa.

Di Cockatoo Course, kami memahami bahwa belajar bahasa itu nggak cuma dari buku pelajaran. Kami percaya, untuk bisa menguasai bahasa dengan baik, kamu juga harus paham budaya di baliknya.

Cockatoo Course menyediakan berbagai program kursus bahasa Mandarin, Jepang, Korea, dan Inggris. Kamu bisa pilih kelas online, onsite (untuk area Jabodetabek dan Bandung), bahkan home visit! Pengajar kami akan membimbingmu untuk memahami seluk-beluk bahasa dan budaya, sehingga kamu bisa berkomunikasi dengan percaya diri dan benar-benar “nyambung” dengan penutur aslinya. Jadi, yuk, mulai petualangan belajarmu bersama kami di Cockatoo Course!

(SA)

Referensi:

8 Hal Seputar Angka Hoki Dan Angka Sial – TIONGHOA.INFO

British vs. American English

Cockatoocourse.com – Kamu tim British English atau American English? Atau mungkin malah bingung, “Emang bedanya apa sih?” Nah, kamu nggak sendirian! Banyak pembelajar bahasa Inggris yang masih sering keliru atau nggak tahu persis apa saja perbedaan kunci antara dua varian bahasa Inggris ini.

Meskipun sama-sama bahasa Inggris, British English (yang dipakai di Inggris dan negara-negara Persemakmuran) dan American English (yang umum di Amerika Serikat dan Kanada) punya ciri khas masing-masing. Memahami perbedaannya itu penting banget, lho. Kenapa? Karena ini bisa memengaruhi cara kamu berkomunikasi, baik saat bicara, menulis, maupun ketika memahami percakapan native speaker.

Yuk, kita bahas perbedaan utama yang wajib kamu tahu!

Perbedaan Kunci yang Wajib Kamu Tahu

British vs. American English

Ada beberapa area di mana British dan American English menunjukkan perbedaannya.

1. Kosakata (Vocabulary)

Ini mungkin yang paling sering kita temui. Banyak benda atau konsep yang punya nama berbeda:

  • British English: lift (elevator), lorry (truck), flat (apartment), biscuit (cookie), queue (line), holiday (vacation), crisps (chips).
  • American English: elevator (lift), truck (lorry), apartment (flat), cookie (biscuit), line (queue), vacation (holiday), chips (crisps).

Bayangkan kalau kamu di London dan bilang mau naik “elevator”, mungkin mereka akan sedikit bingung. Atau sebaliknya, di New York kamu mencari “flat”, bisa-bisa dikira mau beli ban kempes!

2. Ejaan (Spelling)

Beberapa kata punya ejaan yang beda tipis, tapi cukup untuk dikenali:

  • Kata yang berakhiran “-our” di British English jadi “-or” di American English:
    • colour (BE) vs. color (AE)
    • flavour (BE) vs. flavor (AE)
  • Kata yang berakhiran “-ise” di British English jadi “-ize” di American English:
    • organise (BE) vs. organize (AE)
    • realise (BE) vs. realize (AE)
  • Kata yang berakhiran “-re” di British English jadi “-er” di American English:
    • centre (BE) vs. center (AE)
    • theatre (BE) vs. theater (AE)

3. Tata Bahasa (Grammar)

Meskipun sebagian besar sama, ada beberapa perbedaan tata bahasa yang sering muncul:

  • Penggunaan Present Perfect: British English lebih sering menggunakan present perfect untuk tindakan yang baru saja selesai.
    • BE: “I have just eaten.”
    • AE: “I just ate.” (lebih sering pakai simple past)
  • Kata Kerja Kolektif: British English cenderung menganggap kata kerja kolektif (misalnya, government, team) sebagai jamak, sementara American English menganggapnya tunggal.
    • BE: “The team are playing well.”
    • AE: “The team is playing well.”
  • Preposisi: Ada juga perbedaan pada penggunaan preposisi tertentu:
    • BE: “at the weekend”
    • AE: “on the weekend”

4. Pelafalan (Pronunciation)

Ini mungkin yang paling sulit dijelaskan lewat tulisan, tapi sangat terasa saat didengar. Aksen British yang terkenal dengan Received Pronunciation (kadang disebut “Queen’s English”) punya ciri khas tertentu, seperti tidak melafalkan huruf ‘r’ di akhir kata (non-rhotic) kecuali diikuti vokal. Sementara American English melafalkan ‘r’ di mana saja (rhotic).

  • Contoh: Kata “car”. Di British English, ‘r’ di akhir tidak dilafalkan. Di American English, ‘r’ dilafalkan dengan jelas.

Pentingkah Mempelajari Perbedaan Ini?

Sangat penting! Dengan memahami perbedaan antara British dan American English, kamu jadi lebih fleksibel dan peka saat berkomunikasi. Kamu bisa menyesuaikan gaya bahasamu tergantung lawan bicara atau tujuanmu. Misalnya, jika kamu bekerja di perusahaan multinasional yang lebih sering berinteraksi dengan orang Inggris, memahami nuansa British English akan sangat membantu.

Di Cockatoo Course, kami menyediakan berbagai program kursus bahasa Mandarin, Jepang, Korea, dan Inggris. Pengajar kami akan membimbingmu untuk memahami seluk-beluk bahasa, termasuk perbedaan varian-varian bahasa Inggris ini, sehingga kamu bisa berkomunikasi dengan percaya diri dan benar-benar “nyambung” dengan penutur aslinya, baik dari London maupun New York.

Kamu bisa pilih kelas online, onsite (untuk area Jabodetabek dan Bandung), bahkan home visit! Jadi, yuk, mulai petualangan belajarmu bersama kami di Cockatoo Course!

(SA)

Mengenal Bahasa Jepang di Balik Tradisi ‘Omotenashi’ (Keramahtamahan Khas Jepang)

cockatoocourse.com – Pernah dengar soal ‘Omotenashi’? Ini bukan sekadar kata, lho. ‘Omotenashi’ itu adalah filosofi keramahtamahan khas Jepang yang sangat mendalam. Kalau kamu pernah berkunjung ke Jepang, atau bahkan cuma nonton film dan animenya, pasti merasakan keramahan yang luar biasa. Nah, ‘Omotenashi’ inilah yang jadi inti dari semua itu.

Tapi, apa hubungannya dengan belajar bahasa Jepang? Banyak banget! Memahami ‘Omotenashi’ itu seperti membuka pintu ke cara berpikir dan berkomunikasi orang Jepang. Ini bukan cuma soal senyum ramah atau membungkuk hormat. Lebih dari itu, ‘Omotenashi’ berarti berusaha menebak dan memenuhi kebutuhan orang lain bahkan sebelum mereka mengucapkannya. Dan yang paling penting, semua pelayanan itu dilakukan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Apa Itu ‘Omotenashi’?

Secara umum, ‘Omotenashi’ sering diartikan sebagai “keramahtamahan Jepang”. Namun, makna sebenarnya jauh lebih kaya. Kata ini berasal dari gabungan dua kata:

  • Omote (表): Artinya “publik” atau “penampilan yang ditunjukkan di depan umum”. Ini merujuk pada presentasi yang sempurna dari luar.
  • Nashi (なし): Artinya “tidak ada” atau “kosong”. Ini mengacu pada tidak adanya motif tersembunyi atau pamrih dalam melayani.

Jadi, ‘Omotenashi’ itu adalah pelayanan yang tulus dan sepenuh hati. Semua dilakukan tanpa mengharapkan imbalan, dan dengan perhatian penuh pada setiap detailnya. Singkatnya, ini bukan cuma sekadar menjalankan tugas, tapi menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi tamu.

 

Bahasa yang Mencerminkan ‘Omotenashi’

Bagaimana ‘Omotenashi’ tercermin dalam bahasa Jepang sehari-hari? Ada banyak sekali caranya.

1. Penggunaan Kata Ganti Orang yang Sopan

Orang Jepang cenderung menghindari penggunaan kata ganti orang kedua (seperti “kamu”) secara langsung, terutama dalam situasi formal. Sebagai gantinya, mereka lebih sering menggunakan nama orang yang diikuti dengan suffix kehormatan (misalnya “-san”). Kadang-kadang, mereka bahkan mengulang nama jabatan lawan bicara. Ini adalah bentuk penghormatan dan menghindari kesan terlalu akrab atau kurang sopan.

2. Ungkapan Kehormatan (Keigo)

Ini adalah bagian paling kentara dari ‘Omotenashi’ dalam bahasa. Ada tiga jenis Keigo:

  • Sonkeigo (尊敬語): Ini adalah bahasa hormat yang digunakan untuk “mengangkat” atau meninggikan orang yang diajak bicara atau orang ketiga. Misalnya, daripada bilang “行く” (iku – pergi), mereka akan bilang “いらっしゃる” (irassharu) yang lebih sopan.
  • Kenjougo (謙譲語): Bahasa ini digunakan untuk merendahkan posisi diri sendiri atau kelompok sendiri saat berbicara dengan orang lain yang lebih tinggi statusnya. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kerendahan hati dan rasa hormat kepada lawan bicara. Contohnya, daripada bilang “食べる” (taberu – makan), mereka akan bilang “いただく” (itadaku) yang berarti “menerima dengan rendah hati” atau “makan/minum”.
  • Teineigo (丁寧語): Ini adalah bahasa sopan yang umum digunakan dalam percakapan sehari-hari, ditandai dengan akhiran “-masu” atau “-desu”. Ini adalah level kesopanan dasar yang menunjukkan rasa hormat.

Intinya, penggunaan Keigo ini menunjukkan betapa pentingnya hierarki dan rasa hormat dalam interaksi sosial di Jepang. Ini adalah cara mereka menunjukkan ‘Omotenashi’ melalui bahasa.

3. Frasa Pembuka dan Penutup yang Penuh Perhatian

Dalam percakapan, ada banyak frasa yang menunjukkan perhatian dan kepedulian:

  • Saat menerima sesuatu: “恐れ入ります” (Osoreirimasu) – ungkapan sopan yang bisa berarti “maaf mengganggu” atau “terima kasih banyak”.
  • Saat menawarkan bantuan: “お手伝いしましょうか” (O-tetsudai shimashou ka?) – “Apakah ada yang bisa saya bantu?”.
  • Saat berpisah: “お気をつけて” (O-ki wo tsukete) – “Hati-hati di jalan”.

Frasa-frasa ini memperlihatkan perhatian dan kepedulian yang mendalam terhadap lawan bicara.

Baca Juga: 7 tips belajar untuk ujian JLPT – Cockatoo Course

Mengapa Ini Penting untuk Pembelajar Bahasa Jepang?

Memahami ‘Omotenashi’ bukan cuma bikin kamu jago bahasa Jepang, tapi juga bikin kamu lebih peka terhadap budaya dan cara berpikir orang Jepang. Makanya, ini adalah salah satu kunci untuk bisa berkomunikasi dengan lebih efektif dan membangun hubungan yang baik dengan mereka.

Di Cockatoo Course, kami memahami bahwa belajar bahasa itu nggak cuma soal tata bahasa dan kosakata. Ini juga tentang memahami budaya di baliknya, seperti filosofi ‘Omotenashi’ yang mendalam ini. Sebagai lembaga kursus bahasa yang berdiri sejak Agustus 2020, Cockatoo Course menyediakan program bahasa Mandarin, Jepang, Korea, dan Inggris dengan pengajar-pengajar yang berkualitas.

Kami hadir sebagai jawaban bagi kamu yang ingin belajar bahasa asing tapi terkendala jarak atau jadwal. Di Cockatoo Course, kamu bisa pilih kelas online, onsite (untuk area Jabodetabek dan Bandung), bahkan home visit! Pengajar kami akan membimbingmu untuk memahami nuansa budaya seperti ‘Omotenashi’ ini, sehingga kamu bisa nggak cuma ngomong bahasa Jepang, tapi juga “hidup” dengan bahasanya dan berkomunikasi dengan percaya diri. Jadi, yuk, mulai petualangan belajarmu bersama kami di Cockatoo Course!

(SA)

 

Referensi:

“Omotenashi” : The Philosophy of Japanese Hospitality — TOKI

Keigo: The Importance of Politness in Japanese

Omotenashi – Japan National Tourism Organization

Perbedaan Sumpit Jepang dan Korea!

Cockatoocourse.com – Pernah nggak sih kamu makan di restoran Jepang dan Korea terus ngerasa sumpitnya beda? Awalnya mungkin nggak begitu kelihatan, tapi begitu dipakai, rasanya beda banget. Ternyata, meskipun sama-sama disebut “sumpit”, sumpit dari Jepang dan Korea punya karakteristik yang unik sesuai budaya masing-masing. Benda kecil, tapi punya cerita yang besar. Yuk, kita bahas bareng!

Sama-sama Sumpit, Tapi nggak sama

Perbedaan Sumpit Jepang dan Korea!
Sumpit Jepang

Kalau kamu sering makan makanan Asia, kamu pasti tahu kalau sumpit itu jadi alat makan utama selain sendok dan garpu. Tapi sumpit bukan cuma soal alat makan, melainkan juga bagian dari identitas budaya.

Di Jepang, sumpit yang biasa dipakai terbuat dari kayu atau bambu. Bahannya ringan, terasa hangat di tangan, dan nggak licin saat dipakai. Cocok banget buat makanan Jepang yang biasanya lembut dan kecil-kecil kayak sushi, sashimi, atau soba. Bahkan, desain sumpit Jepang sering dibuat cantik, dengan motif-motif tradisional yang bikin makan jadi lebih estetik.

Berbeda dengan Korea, di mana sumpit biasanya terbuat dari logam, khususnya stainless steel. Kesan pertama waktu pakai sumpit Korea adalah berat dan kadang agak licin, apalagi kalau baru pertama kali nyobain. Tapi ternyata ada alasan di balik pemilihan logam. Dulu, keluarga kerajaan Korea pakai sumpit dari perak untuk mendeteksi racun di makanan. Dari sana, budaya pakai sumpit logam terus berkembang sampai sekarang. Selain itu, sumpit logam juga lebih awet dan higienis.

Bentuknya Bikin Pengalaman Makan Beda

Perbedaan Sumpit Jepang dan Korea!
Sumpit Korea

Bukan cuma dari bahan, bentuknya pun beda. Sumpit Jepang cenderung lebih ramping dan ujungnya mengecil. Ini bikin kita lebih mudah mengambil makanan kecil atau memisahkan bagian makanan dengan presisi.

Sementara itu, sumpit Korea punya bentuk yang pipih dan sedikit lebar. Nggak seperti sumpit Jepang yang agak bundar. Waktu pertama kali pakai mungkin butuh adaptasi, tapi setelah terbiasa, sumpit ini enak juga dipakai makan makanan berat kayak daging panggang, kimchi, atau kue beras pedas (tteokbokki). Selain itu, orang Korea juga biasa makan pakai sendok logam panjang, yang dipakai buat sup atau nasi. Jadi, sumpit dan sendok itu kayak pasangan serasi di meja makan Korea.

Baca Juga: 5 Idiom Bahasa Inggris yang Sering Digunakan dalam Percakapan Sehari-hari – Cockatoo Course

Mana yang Lebih Nyaman?

Kalau ditanya, mana yang lebih enak atau nyaman dipakai, jawabannya bisa beda-beda. Buat kamu yang lebih suka alat makan ringan dan gampang digenggam, mungkin akan lebih cocok pakai sumpit Jepang. Tapi kalau kamu suka sensasi makan yang “kokoh” dan lebih terasa, sumpit Korea bisa jadi pilihan menarik.

Yang jelas, dua-duanya punya keunikan sendiri dan jadi bagian penting dari budaya makan di negaranya. Dan serunya lagi, lewat hal sederhana seperti sumpit, kita bisa belajar banyak soal kebiasaan, sejarah, dan nilai-nilai yang dipegang masyarakatnya.

Lebih dari Sekadar Alat Makan

Ngomongin sumpit Jepang dan Korea memang nggak bisa dilepaskan dari konteks budaya. Di Jepang, ada aturan sopan santun saat pakai sumpit, misalnya nggak boleh menancapkan sumpit di nasi, karena itu menyerupai ritual kematian. Sementara di Korea, ada aturan untuk nggak mulai makan dulu sebelum orang yang lebih tua mengambil sumpitnya. Hal-hal seperti ini nunjukkin bahwa sumpit itu lebih dari sekadar alat makan, dia juga simbol penghormatan dan kebiasaan sosial.

Jadi, lain kali kamu makan di restoran Jepang atau Korea, coba deh perhatikan sumpit yang kamu pakai. Rasakan bedanya, dan siapa tahu kamu bisa ceritain ke teman-teman tentang makna di balik sumpit itu. Makan jadi bukan cuma soal rasa, tapi juga soal cerita budaya yang seru buat dibahas!

Lalu, bagaimana dengan sumpit China?

Nah, itu juga nggak kalah menarik, karena ternyata sumpit China punya ciri khas yang berbeda lagi. Tapi, kita bahas itu di artikel selanjutnya, ya!

Buat kamu yang tertarik nggak cuma nyobain makanannya, tapi juga pengin bisa ngobrol langsung pakai bahasanya, kamu bisa mulai belajar bahasa Jepang, Korea, atau bahkan Mandarin bareng Cockatoo Course. Belajarnya fleksibel banget, bisa online, onsite, atau bahkan home visit.
Yuk, jangan cuma jadi penikmat budaya, tapi juga jadi bagian dari ceritanya!

Referensi:

Etiket Penggunaan Sumpit di Jepang

11 Larangan Saat Makan Pakai Sumpit di Jepang, Jangan Tusuk Makanan

[While in Korea] Episode 7 – Table manners : Korea.net : The official website of the Republic of Korea

5 Idiom Bahasa Inggris yang Sering Digunakan dalam Percakapan Sehari-hari

Cockatoocourse.com – Bahasa Inggris tidak hanya tentang tata bahasa dan kosakata, tetapi juga tentang ekspresi unik yang disebut idiom. Idiom adalah frasa yang maknanya tidak bisa ditebak dari kata per kata, tetapi memiliki arti tersendiri. Menguasai idiom akan membuat percakapanmu lebih alami dan fasih.

Berikut 5 idiom populer yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari beserta contoh penggunaannya!

1. Break the Ice

Artinya: Memecahkan kebekuan atau memulai percakapan agar tidak canggung.

Contoh Kalimat:

  • “She told a funny joke to break the ice at the meeting.”
  • “Playing a simple game can help break the ice in a new group.”

Idiom ini sering dipakai saat bertemu orang baru atau dalam situasi yang awalnya terasa kaku.

2. Hit the Sack

Artinya: Pergi tidur.

Contoh Kalimat:

  • “I’m exhausted, I think I’ll hit the sack early tonight.”
  • “After a long day at work, he just wants to hit the sack.”

Frasa ini adalah cara informal untuk mengatakan “tidur” dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

3. Piece of Cake

Artinya: Sangat mudah.

Contoh Kalimat:

  • “The math test was a piece of cake for her.”
  • “Don’t worry, fixing this issue is a piece of cake!”

Jika sesuatu terasa mudah sekali, idiom ini bisa jadi pilihan yang tepat.

4. Spill the Beans

Artinya: Membocorkan rahasia.

Contoh Kalimat:

  • “Who spilled the beans about the surprise party?”
  • “She promised not to tell, but she ended up spilling the beans.”

Idiom ini digunakan ketika seseorang tidak sengaja atau sengaja mengungkap informasi yang seharusnya dirahasiakan.

5. Under the Weather

Artinya: Sedang tidak enak badan atau sakit.

Contoh Kalimat:

  • “I can’t come to work today, I’m feeling under the weather.”
  • “She looks pale, maybe she’s under the weather.”

Ini adalah cara halus untuk mengatakan bahwa kamu sedang tidak sehat.

Baca Juga: 5 Budaya Unik Tiongkok yang Wajib Kamu Ketahui Sebelum Belajar Mandarin

Tingkatkan Kemampuan Bahasa Inggrismu dengan Cockatoo Course!

Idiom adalah salah satu kunci untuk berbicara bahasa Inggris dengan lebih natural. Jika kamu ingin menguasai lebih banyak idiom, ekspresi, dan materi bahasa Inggris lainnya, Cockatoo Course adalah tempat yang tepat!

Dengan metode pembelajaran interaktif dan materi yang mudah dipahami, kamu bisa meningkatkan kemampuan berbahasa Inggrismu dengan cepat dan menyenangkan. Yuk, mulai belajar sekarang!

Jadi, idiom mana yang sudah pernah kamu gunakan? Coba praktikkan dalam percakapan sehari-hari, ya!

Persiapan Ujian HSK, Tips dan Trik untuk Meraih Skor Tinggi

Cockatoocourse.com – Kemampuan berbahasa Mandarin kini semakin penting, tidak hanya untuk berkomunikasi dengan penutur asli, tetapi juga sebagai nilai tambah di dunia pendidikan dan karier, terutama jika kamu memiliki impian untuk belajar atau bekerja di Tiongkok. Salah satu cara untuk mengukur kemampuan bahasa Mandarin kamu adalah melalui HSK (Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì), ujian standar bahasa Mandarin yang diakui secara internasional.

Apa Itu HSK?

HSK terdiri dari 6 tingkatan, mulai dari level 1 hingga level 6, yang mencakup pemahaman kosakata dan keterampilan berbahasa Mandarin dari dasar hingga lanjutan. Setiap tingkat memiliki struktur dan tantangan tersendiri. Oleh karena itu, penting bagi peserta ujian untuk mengetahui tingkatan mana yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan mereka.

Tips dan Trik Sukses Menghadapi Ujian HSK

  1. Kenali Format Ujian, Pelajari struktur soal di setiap tingkat. Biasanya terdiri dari bagian mendengarkan, membaca, dan menulis. Cobalah untuk membiasakan diri dengan tipe soal melalui latihan soal dan simulasi ujian.

  2. Tentukan Tujuan Belajar, Apakah kamu ingin lancar berkomunikasi sehari-hari, atau melamar beasiswa di universitas Tiongkok? Tujuan ini akan membantu kamu fokus dan memilih strategi belajar yang tepat.

  3. Gunakan Sumber Belajar yang Tepat, Banyak materi belajar tersedia, namun penting untuk memilih yang relevan dan terstruktur sesuai kurikulum HSK. Platform seperti Cockatoocourse.com menawarkan kursus berbasis level HSK yang interaktif dan mendalam, cocok untuk pemula hingga tingkat lanjut.

  4. Praktek Konsisten, Latihan harian adalah kunci. Sisihkan waktu untuk membaca, mendengarkan podcast Mandarin, menonton video edukatif, atau berbicara langsung dengan tutor atau rekan belajar.

  5. Fokus pada Kosakata, Setiap level HSK memiliki daftar kosakata wajib. Prioritaskan penguasaan kata-kata ini karena sangat menentukan dalam memahami konteks soal.

  6. Manajemen Waktu, Latih diri mengerjakan soal dalam waktu terbatas agar terbiasa dengan tekanan waktu saat ujian berlangsung.

  7. Evaluasi dan Simulasi, Lakukan uji coba (mock test) secara berkala untuk mengukur progres. Ini juga bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri kamu sebelum hari H.

Baca Juga: Kenali Huruf Jepang: Perbedaan Hiragana, Katakana, dan Kanji – Cockatoo Course

Penutup

Mempersiapkan ujian HSK membutuhkan strategi dan disiplin. Dengan pemahaman format ujian, sumber belajar yang tepat, serta latihan yang konsisten, kamu akan lebih siap menghadapi tantangan ini. Sertifikat HSK bukan hanya sekadar nilai, tetapi juga menjadi bukti kemampuan yang bisa membuka banyak peluang internasional. Mulailah persiapan kamu sekarang, dan pertimbangkan untuk mengikuti kursus di platform terpercaya seperti Cockatoocourse.com, yang menawarkan pembelajaran Mandarin terstruktur sesuai standar HSK.

Semoga sukses dan selamat belajar!

7 tips belajar untuk ujian JLPT

Cockatoocourse.com – Ujian JLPT (Japanese Language Proficiency Test) adalah tes standar internasional untuk mengukur kemampuan bahasa Jepang. Terbagi menjadi lima tingkat (N1 hingga N5), JLPT menjadi tolok ukur penting bagi siapa pun yang ingin belajar atau bekerja di Jepang. Berikut ini adalah 7 tips efektif agar kamu bisa lulus JLPT dengan percaya diri!

Baca Juga: Cara Cepat Belajar Hangul dalam 7 Hari untuk Pemula – Cockatoo Course

1. Fokus Belajar Sesuai Level JLPT

Setiap tingkat ujian JLPT memiliki cakupan materi yang spesifik. Mulailah dengan memahami konten sesuai level yang kamu ambil, seperti Kanji, kosakata, tata bahasa, membaca, dan mendengarkan. Jangan lupa untuk mengulang materi dari level sebelumnya, karena JLPT bersifat berjenjang.

2. Rajin Mengerjakan Simulasi dan Latihan Soal

Teori saja tidak cukup! Luangkan waktu untuk mengerjakan latihan soal dan simulasi JLPT. Ini akan membantumu mengenal pola soal, meningkatkan kepercayaan diri, serta mengasah kemampuan manajemen waktu dalam ujian.

3. Gunakan Media Belajar Visual Seperti YouTube

Belajar melalui video di YouTube bisa jadi cara menyenangkan untuk mengasah kemampuan listening. Pilih video berbahasa Jepang agar kamu terbiasa dengan aksen native dan struktur kalimat asli. Banyak saluran pembelajaran yang juga menyelipkan tips menarik seputar JLPT.

4. Tulis Ulang Materi dengan Tangan

Membuat catatan dan ringkasan secara manual terbukti mampu meningkatkan daya ingat. Gunakan warna berbeda, buat mind map, atau gambar ilustratif agar belajar jadi lebih efektif dan menyenangkan.

5. Belajar Bersama Cockatoo Course

Lupakan kebingungan memilih buku atau sumber yang tepat, Cockatoo Course hadir sebagai solusi. Sebagai lembaga kursus bahasa Mandarin, Korea, Jepang, dan Inggris, Cockatoo Course menyediakan kelas khusus persiapan JLPT yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap level. Di sini, kamu akan dibimbing oleh pengajar profesional dan metode belajar yang interaktif, baik online maupun offline.

6. Tetap Tenang Saat Ujian

Rasa gugup saat ujian adalah hal yang wajar. Jika kamu merasa panik, tarik napas dalam, kosongkan pikiran sejenak, dan lanjutkan mengerjakan soal. Ketenangan dapat membantumu berpikir lebih jernih dan menjawab dengan lebih tepat.

7. Perhatikan Manajemen Waktu

JLPT dibagi ke dalam beberapa sesi dengan batas waktu masing-masing. Maka dari itu, penting untuk membiasakan diri mengerjakan soal dalam durasi tertentu agar kamu tidak kehabisan waktu saat ujian berlangsung.

Bonus Tip: Jaga Asupan Sebelum Ujian

Sebelum masuk ruang ujian, pastikan kamu makan makanan ringan dan bergizi. Hindari makanan berat yang bisa membuat ngantuk atau tidak nyaman selama ujian berlangsung.

Dengan strategi belajar yang tepat dan bimbingan dari Cockatoo Course, peluangmu untuk lolos JLPT akan semakin besar. Yuk, mulai perjalanan belajarmu sekarang dan raih sertifikat JLPT impianmu!

K-Pop dan K-Drama: Cara Seru Belajar Bahasa Korea

Cockatoocourse.com – Siapa yang suka K-Pop dan K-Drama? Selain menghibur, ternyata keduanya bisa menjadi media belajar bahasa Korea yang menyenangkan! Daripada menghafal kosakata secara membosankan, kenapa tidak memanfaatkan lagu dan drama favoritmu untuk meningkatkan kemampuan berbahasa? Yuk, simak rekomendasi dan tips seru berikut!

1. Rekomendasi Lagu K-Pop & Drama Korea untuk Belajar Kosakata

Lagu K-Pop dengan Lirik Sederhana

  • Dynamite” – BTS: Liriknya penuh dengan kata-kata positif dan mudah diingat, seperti “joy” (기쁨) dan “shine” (빛나다).
  • “Love Scenario” – iKON: Liriknya sederhana dan sering diulang, cocok untuk pemula.
  • “Any Song” – ZICO: Tempo yang santai dan kosakata sehari-hari membuatnya mudah dipahami.

Drama Korea dengan Dialog Sehari-hari

  • “Extraordinary Attorney Woo”: Dialognya jelas dan banyak menggunakan kosakata formal yang berguna.
  • “Reply 1988”: Menampilkan percakapan alami dalam kehidupan sehari-hari.
  • “Business Proposal”: Cocok untuk belajar bahasa kasual dan ekspresi romantis.

Penelitian menunjukkan bahwa mendengarkan lagu K-Pop sambil membaca liriknya membantu melatih pelafalan dan memperkaya kosakata.

2. Tips Memanfaatkan Hobi untuk Belajar Bahasa Korea

1. Gunakan Subtitle dengan Bijak
Tonton drama dengan subtitle Indonesia terlebih dahulu, lalu coba ganti ke subtitle Korea untuk melatih membaca Hangul.

2. Catat Kosakata Baru
Setiap mendengar kata baru di lagu atau drama, tulis dan cari artinya. Gunakan kamus bahasa Korea terpercaya untuk membantu.

3. Nyanyikan Lagu K-Pop
Menyanyikan lagu K-Pop membantu melatih intonasi dan pengucapan dengan lebih natural.

4. Gabung Komunitas Belajar
Diskusikan lirik lagu atau adegan drama di forum belajar bahasa Korea untuk praktik langsung.

Baca Juga: https://cockatoocourse.com/blogs/3-tradisi-jepang/

3. Suka K-Pop dan K-Drama? Yuk, Belajar Bahasa Korea di Cockatoo Course!

Kalau kamu penggemar K-Pop dan K-Drama, Cockatoo Course punya metode belajar yang asyik! Kamu bisa belajar bahasa Korea sambil menikmati lagu dan drama favorit. Dapatkan materi interaktif, kelas diskusi, dan tips belajar ala idol Korea!

Daftar sekarang dan jadikan hobimu jalan pintas menguasai bahasa Korea!

Dengan metode belajar yang menyenangkan, kamu bisa lebih cepat memahami bahasa Korea tanpa merasa terbebani. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo mulai petualangan bahasa Koreamu bersama Cockatoo Course!

3 Tradisi Jepang yang Mempengaruhi Bahasa dan Cara Berkomunikasi

3 Tradisi Jepang– Jepang itu seperti lukisan yang indah, setiap goresannya punya makna mendalam, termasuk cara masyarakatnya berkomunikasi. Bagi yang penasaran dengan bahasa Jepang, nggak cuma belajar tata bahasanya aja, tapi juga perlu paham budaya di baliknya. Nah, kali ini kita bakal bahas 3 tradisi Jepang yang bikin bahasa dan cara komunikasi mereka unik. Yuk, simak!

1. Omotenashi

Pernah dengar soal “omotenashi”? Ini adalah filosofi keramahan ala Jepang yang bikin siapa pun merasa dihargai. Omotenashi itu nggak cuma sekadar ramah, tapi juga tulus dan penuh perhatian. Misalnya, saat kamu ke restoran di Jepang, pelayannya bakal memperlakukan kamu seperti tamu istimewa. Nah, dalam komunikasi, omotenashi tercermin dari cara orang Jepang memilih kata-kata yang sopan dan membuat lawan bicara merasa nyaman.

2. Keigo

Kalau kamu belajar bahasa Jepang, pasti pernah dengar soal “keigo”. Ini adalah sistem bahasa sopan yang dipakai untuk menghormati orang lain. Keigo itu ada tiga jenis:

  • Sonkeigo: Dipakai untuk meninggikan orang lain, misalnya saat bicara dengan atasan.
  • Kenjōgo: Dipakai untuk merendahkan diri sendiri, biasanya saat ngobrol dengan klien atau orang yang dihormati.
  • Teineigo: Bahasa formal standar yang dipakai sehari-hari.
    Memang agak ribet sih, tapi keigo ini penting banget buat ngerti hierarki sosial di Jepang.

3. Tips Berkomunikasi ala Orang Jepang

  • Sesuaikan Bahasa dengan Situasi: Kalau lagi meeting atau ngobrol sama orang yang baru kenal, pakai bahasa formal (teineigo). Tapi kalau lagi ngobrol sama temen, santai aja.
  • Perhatikan Usia dan Posisi: Kalau bicara sama orang yang lebih tua atau atasan, jangan lupa pakai sonkeigo atau kenjōgo.
  • Jaga Bahasa Tubuh: Selain kata-kata, gesture juga penting. Misalnya, membungkuk sedikit saat menyapa itu tanda hormat.

Baca Juga: Kenali Huruf Jepang: Perbedaan Hiragana, Katakana, dan Kanji – Cockatoo Course

Orang Jepang terkenal dengan kesopanan dan keinginan untuk menjaga harmoni. Mereka cenderung menghindari konflik langsung. Misalnya, kalau nggak setuju dengan pendapat orang lain, mereka bakal ngomongnya secara halus, kayak “Mungkin lain kali kita coba cara yang berbeda.” Ini dilakukan biar nggak bikin lawan bicara tersinggung.

Mau Belajar Bahasa Jepang? Cobain Cockatoo Course!

Nah, buat kamu yang pengen jago bahasa Jepang sekaligus paham budayanya, Cockatoo Course adalah tempatnya! Di sini, kamu bakal diajarin nggak cuma tata bahasa, tapi juga cara komunikasi yang sesuai dengan budaya Jepang. Pengajarnya asik, materinya mudah dipahami, dan suasana belajarnya seru banget! Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, daftar sekarang dan mulai petualangan bahasa Jepangmu bareng Cockatoo Course!

Dengan memahami tradisi dan budaya Jepang, kamu nggak cuma bisa ngomong bahasa Jepang, tapi juga ngerti makna di balik setiap kata. Jadi, siap buat belajar? Langsung aja cek Website Cockatoo Course dan jadi ahli bahasa Jepang yang keren!

Whatsapp